17 Desember 2025 - 17:54
Aktivis media Inggris: Kemenangan Islam terjamin / Gaza membangunkan generasi baru Muslim

Dilly Hussain, aktivis media dan jurnalis Muslim terkemuka di Inggris, dalam pidato terbarunya di Masjid kota Sheffield (kota di Inggris bagian utara), membahas masa depan Islam dan kaum Muslim di Eropa. Ia menegaskan adanya jaminan Ilahi atas kemenangan Islam, seraya menyatakan bahwa kelangsungan agama Islam tidak bergantung pada keberadaan atau kinerja kaum Muslim, melainkan manusialah yang membutuhkan agama Tuhan demi keselamatan akhirat mereka.

Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Dilly Hussain, aktivis media dan jurnalis Muslim terkemuka di Inggris, dalam pidato terbarunya di Masjid kota Sheffield (kota di Inggris bagian utara), membahas masa depan Islam dan kaum Muslim di Eropa. Ia menegaskan adanya jaminan Ilahi atas kemenangan Islam, seraya menyatakan bahwa kelangsungan agama Islam tidak bergantung pada keberadaan atau kinerja kaum Muslim, melainkan manusialah yang membutuhkan agama Tuhan demi keselamatan akhirat mereka. Mengutip hadis-hadis Nabi, ia mengingatkan bahwa Islam akan memasuki setiap rumah dan bahwa menurut riwayat Islam, Baitul Maqdis akan menjadi salah satu ibu kota terakhir dunia.

Kemenangan Islam yang Terjamin; Ujian bagi Manusia, Bukan Kebutuhan Agama

Aktivis Muslim ini menekankan bahwa penyampaian kabar gembira tersebut tidak boleh melahirkan rasa nyaman dan pasif, melainkan untuk mengingatkan bahwa agama Tuhan tidak membutuhkan pertolongan manusia. Manusialah yang menentukan nasib akhiratnya melalui komitmen dan pengamalan ajaran agama. Menurutnya, tanggung jawab kaum Muslim bukanlah “menyelamatkan Islam”, melainkan setia secara praktis kepada Islam di tengah kondisi sulit.

Islamofobia dan Menjadi Muslim di Barat

Hussain kemudian menyinggung kondisi kaum Muslim di Inggris saat ini. Ia menyebut meningkatnya Islamofobia dan kejahatan berbasis kebencian terhadap Muslim sebagai hal yang “mengkhawatirkan”, namun menilai tekanan, diskriminasi, dan pelecehan tersebut sebagai bagian dari “risiko menjadi Muslim”. Mengacu pada ayat-ayat Surah Al-‘Ankabut, ia menegaskan bahwa ujian iman adalah sunnatullah, dan kaum Muslim tidak seharusnya berharap dapat memikul panji agama ini tanpa menghadapi kesulitan.

Jejak Sejarah Muslim; dari Dermaga London hingga Jantung Imperium

Dalam bagian lain pidatonya, Hussain mengulas sejarah kehadiran Muslim di Inggris sejak abad ke-18 Masehi, termasuk para pelaut Bengali yang dikenal sebagai Laskar. Ia menyinggung tokoh Abdul Karim (Munshi), orang kepercayaan Ratu Victoria selama 14 tahun terakhir hidupnya, serta partisipasi sekitar 400 ribu Muslim dalam perang-perang dunia demi Imperium Britania. Hal ini, menurutnya, menunjukkan bahwa Muslim Asia Selatan bukan sekadar “tamu” di Inggris.

Hussain juga menyoroti penjarahan besar-besaran anak benua India pada masa kolonialisme Inggris, seraya menegaskan bahwa kaum Muslim kawasan tersebut sejatinya sedang “mengambil kembali” sebagian harga dari perampasan historis itu. Ia menambahkan bahwa pasca perang dunia, ketika Inggris membutuhkan tenaga kerja untuk rekonstruksi, Muslim dari bekas koloni diundang untuk bekerja di sektor industri, transportasi, dan infrastruktur, serta memainkan peran penting dalam membentuk Inggris modern.

Paradoks Representasi; Kehadiran Meningkat, Kebencian Kian Dalam

Ia kemudian menunjuk pada meningkatnya representasi Muslim di ranah politik, budaya, dan olahraga Inggris—termasuk lebih dari 23 anggota parlemen Muslim, seorang wali kota Muslim di ibu kota, dan beberapa menteri kabinet—namun menyebut adanya “paradoks yang jelas”. Menurut Hussain, meski kehadiran resmi Muslim meningkat, Islamofobia tidak menurun; bahkan dalam dua tahun terakhir meningkat antara 60 hingga 80 persen. Ini menunjukkan bahwa masalahnya melampaui isu representasi politik atau budaya.

Islam sebagai Tantangan Peradaban bagi Tatanan Sekuler Global

Aktivis media ini menilai akar persoalan bersifat peradaban. Ia menjelaskan bahwa konsep umat dan loyalitas lintas negara kaum Muslim tidak sejalan dengan logika tatanan global sekuler dan kapitalistik berbasis negara-bangsa. Ia menegaskan bahwa pandangan hidup Islam secara inheren bertentangan dengan riba, zina, narkoba, dan perjudian—sehingga sejak awal kemunculannya, Islam dipersepsikan sebagai ancaman peradaban bagi tatanan dunia dominan.

Serangan terhadap Identitas Islam; Pola yang Sama dari Palestina hingga Kashmir

Hussain menambahkan bahwa kerangka peradaban ini menjelaskan mengapa serangan terhadap kaum Muslim di berbagai belahan dunia—dari Palestina dan Kashmir hingga Turkestan—hampir selalu menargetkan identitas Islam mereka dan membenarkan penindasan sebagai respons terhadap ancaman yang disebut “eksistensial”.

Gaza dan Kebangkitan Generasi Baru Muslim

Ia juga menyoroti peran peristiwa Gaza dalam membangunkan generasi baru Muslim. Berlawanan dengan berbagai prediksi, generasi muda tidak mengalami pelarutan identitas; justru, dengan menyaksikan standar ganda Barat dalam menilai nyawa dan martabat warga Palestina dibanding korban perang lainnya, mereka mencapai kesadaran politik dan identitas yang lebih mendalam.

Dakwah sebagai Satu-satunya Justifikasi Hidup Muslim di Barat

Hussain menilai kehidupan Muslim di masyarakat Barat hanya bermakna bila diarahkan pada dakwah kepada Islam. Hidup semata untuk tujuan ekonomi—seperti bekerja dan menabung—menurutnya tidak cukup untuk membenarkan misi seorang Muslim. Jalan ini, katanya, menuntut keteguhan, keadilan, dan ketidaksediaan berkompromi pada prinsip-prinsip agama.

Menolak Partai Buruh; Pentingnya Aksi Politik Independen

Dalam bagian politik pidatonya, Hussain mengkritik keras Partai Buruh Inggris atas dukungannya kepada rezim Zionis, dan menyatakan bahwa tidak ada lagi alasan bagi kaum Muslim untuk mendukung partai tersebut. Ia menyerukan fokus pada kandidat Muslim independen yang tidak terikat garis partai.

Media Independen; Alat Pembelaan Identitas Islam

Ia juga menekankan pentingnya media alternatif seperti 5Pillars, seraya menyatakan bahwa kaum Muslim membutuhkan media yang independen, profesional, dan berkomitmen pada kerangka Islam—media yang mampu menyuarakan pandangan tanpa takut sensor atau tekanan politik.

Rekomendasi Praktis; dari Kesiapan Fisik hingga Literasi Keagamaan

Di akhir pidatonya, Dilly Hussain menyampaikan sejumlah rekomendasi praktis: menjaga kebugaran fisik, mempermudah pernikahan dan memiliki keturunan, memperkuat persatuan internal umat Islam alih-alih terlalu fokus pada dialog antaragama, mendorong aktivitas media di kalangan pemuda, serta meningkatkan literasi keagamaan agar mampu membela Islam secara argumentatif menghadapi serangan ideologis Barat.

Your Comment

You are replying to: .
captcha